How can you mend a broken heart?
A heart that torn into pieces
Baru belakangan ini benar-benar menyadari (kemaren-kemaren kemana bu?) bahwa hati manusia itu sesungguhnya rapuh. Entah itu luka yang dalam, meradang dan bernanah atau hanya sekedar goresan kecil, tetap saja sakit dan membawa dampak, apapun itu, ke dalam hidupmu. Bagaimanapun sakit yang dirasakan, akan membuatmu limbung, meremukkanmu, menggerogotimu atau bahkan bisa juga menghancurkanmu. Bukan hanya perih di hati, tertanam juga termemori dengan baik di dalam otak dan meninggalkan jejak yang sulit dihapuskan di jiwamu. Inilah bagian terburuknya. Tidak seperti kulit yang bila luka mungkin hanya meninggalkan jejak visual, lain ceritanya dengan hati.
Dan akhirnya, aku tak (atau belum? Entahlah, time will tell) bisa merasakanmu, melihatmu dan meyakinimu dengan cara yang sama, seperti dulu lagi. Aku selalu percaya bahwa luka dan duka akan membentuk pribadi seseorang, menguatkannya, mendewasakannya (masih tetap percaya kok). Namun sekuat apapun kutekan dan (coba) kuabaikan, tetap ada bagian dari diriku yang takut, tak aman, tak tenang dan tak henti-hentinya bertanya-tanya. Bukan, bukan berarti aku mencoba mendramatisasi masalah atau mengungkit-ungkit yang telah berlalu, hanya saja…
Yogyakarta, 17 Desember 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar