Kujaga rumahmu
Kubersihkan dari segala kotoran
Kulindungi dari hujan badai yang menerjang
Agar jadi rumah yang nyaman untukmu pulang
Tapi kau tetap mencari kenyamanan di rumah yang lain
selamat datang di dunia kecilku ^_^
Kujaga rumahmu
Kubersihkan dari segala kotoran
Kulindungi dari hujan badai yang menerjang
Agar jadi rumah yang nyaman untukmu pulang
Tapi kau tetap mencari kenyamanan di rumah yang lain
It’s funny how from simple thing
The best thing begins
Hari ini, 3 tahun yang lalu, untuk pertama kalinya kita saling mengenal. Bukan pertemuan pertama karena setahun sebelumnya, walau aku tak menyadarinya, kita pernah bertemu tanpa sengaja, tanpa kata. Sejujurnya, pertemuan selanjutnya juga tak berasa istimewa. Kau datang, menyapa, bercanda, mengumbar kata dan janji. Aku, dengan kejenuhan dan kelelahan dengan semua drama yang telah berlalu, tidak (berani) menanggapi atau menumbuhkan harapan di atasnya. Dan kau, hanya luka yang tersisa dalam hati yang dikhianati. Kita berdua memulainya dengan penuh keraguan, ketakutan, ketidakpastian. Betapa torehan yang membekas di hati kita hampir saja menciptakan dua manusia yang bodoh dan apatis. Kau dan aku.
Butuh seminggu untukmu memberanikan diri melangkah maju. Dan sejak saat aku melihatmu melangkah masuk melewati pintu hari itu dengan senyuman mengembang di wajahmu, aku mulai berharap. Tanpa sensasi ‘kupu-kupu menari-nari di dalam perutku’, hanya rasa hangat…teramat hangat…seakan matahari bersinar khusus untukku. Hari demi hari berlalu, semakin kita saling mengenal, menyelami, memahami dan menerima satu sama lain maka semakin menguatlah keyakinan dan kepercayaan di antara kita. We’re bound to each other. Seakan tak terpisahkan, sampai-sampai seperti ‘stiker’, ‘gambar tempel. Mungkin karena semangat yang meluap-luap :D Aku tahu, saat itu kita pasti kelihatan konyol dan kekanak-kanakan sekali tapi aku tak terlalu memusingkannya. It’s my life, anyway. Seiring waktu, toh kita pun banyak belajar, tidak hanya tentang diri kita dan hidup kita masing-masing tapi juga tentang satu sama lain. Tumbuh, berkembang, bersama. Kau dan aku.
3 tahun berlalu, banyak konflik, ketidaksepahaman, perdebatan, diselingi hembusan keraguan dan kejenuhan tapi di
“Aslinya mana?”
Pertanyaan biasa tapi butuh bertahun-tahun bagiku untuk menemukan jawaban yang tepat. Menurut hukum ius soli ataupun ius sanguinis, sebenarnya jawabannya singkat saja. Suku bangsa: Jawa, secara mutlak dan meyakinkan tanpa keraguan sedikit pun. Aku lahir di Yogyakarta dari seorang bapak yang berasal Jawa Timur dan ibu yang berasal dari
Bapak dan ibu merupakan perantau di
Kemudian bapak pindah tugas ke
Di Jakarta, aku cukup beruntung bisa dapat sekolah yang dekat dari rumah, sekitar 5-10 menit berjalan kaki. Beruntung sekali tidak perlu mengalami masa-masa mengejar bis atau terjebak kemacetan (tapi tetap kebanjiran). Sayangnya, kekecewaan karena dipaksa pindah masih sedikit membekas. Aku tidak terlalu menikmati masa-masa tinggal di
Menuntaskan keinginan untuk sekolah di Yogya, aku memutuskan untuk kuliah di Yogya. Kali ini orangtua membolehkan karena memang sudah ada rencana kalau bapak akan pindah tugas ke Solo. Sempat mengalami 2 tahun mondar-mandir Yogya-Jakarta sebelum akhirnya benar-benar pindah ke Solo. Lingkungan baru, orang-orang baru, kebiasaan baru. Tapi kali ini sudah tidak ada rasa takut. Aku memilih menikmatinya. Terkadang memang masih merasa seperti ‘orang hilang’ karena kaburnya identitasku. Namun hal yang bisa kupastikan adalah jangan pernah meragukan kelekatanku pada Palembang sebagai tempatku tumbuh dan menghirup nilai-nilai awal kehidupan, kecintaanku pada Yogya sejak pertama kali menginjakkan kaki di sana, penghargaanku pada Jakarta yang membentukku sedemikian rupa serta kedamaian yang kurasakan di Solo karena di sanalah hal paling berharga dalam hidupku berada, yaitu keluarga. Semua meninggalkan jejak dalam diri dan hidupku, semua adalah rumahku. Bagaimanapun aku sangat beruntung mengingat tidak semua orang punya kesempatan seperti aku
Jika saat ini kau bertanya, “Aslinya mana?”. Dengan bangga aku akan berkata, “Aku orang
apakah kesabaran itu
angin yang sayu bertiup ringan
menggetarkan pucuk daun-daun
tersenyum pilu di atas deru
lonjakan api menjilat kayu
berakhir nanti di antara kerikil berwujud abu?
apakah ia seperti peri
bayangan putih mengelus diri
bergerak mundur setiap tapak
mengkhianati tekad lurus tajam
dan akhirnya begitu saja melenyapkan diri?
“Kesabaran” dalam Sajak-sajak 33
Toety Heraty
dan bila pun diriku tercipta dari tulang rusukmu
bukan berarti kau berhak memperlakukanku semaumu
jangan pernah lupa
tanpa tulang
kau hanya sekedar seonggok daging dan darah
tanpa daya dan kekuatan
hargai diriku
hormati aku
tangisku adalah darahmu
tawaku adalah detak jantungmu
karena
kau dan aku satu
kutulis di halaman pembuka skripsi sastraku
aku,
tidak lahir
sekedar jadi penuntas desahmu
tidak juga sekedar jadi pelepas merah-birunya hatimu
tidak juga sekedar jadi peretas lelahmu
tidak juga sekedar jadi muara dan inang buah ladangmu
tidak juga sekedar jadi pengabdi dan pelayan hidupmu
tidak juga sekedar jadi hiasan dan pelengkap duniamu
karena
aku,
perempuan
dengan darah dan daging, raga dan jiwa serupamu
dengan gegap gemerlap kehormatan seagungmu
dengan derajat dan hak setaramu
dengan harkat martabat semuliamu
dan,
hiduplah diriku sebagaimana hidupmu
bukan sebagai warga kedua semestamu
How can you mend a broken heart?
A heart that torn into pieces
Baru belakangan ini benar-benar menyadari (kemaren-kemaren kemana bu?) bahwa hati manusia itu sesungguhnya rapuh. Entah itu luka yang dalam, meradang dan bernanah atau hanya sekedar goresan kecil, tetap saja sakit dan membawa dampak, apapun itu, ke dalam hidupmu. Bagaimanapun sakit yang dirasakan, akan membuatmu limbung, meremukkanmu, menggerogotimu atau bahkan bisa juga menghancurkanmu. Bukan hanya perih di hati, tertanam juga termemori dengan baik di dalam otak dan meninggalkan jejak yang sulit dihapuskan di jiwamu. Inilah bagian terburuknya. Tidak seperti kulit yang bila luka mungkin hanya meninggalkan jejak visual, lain ceritanya dengan hati.
Dan akhirnya, aku tak (atau belum? Entahlah, time will tell) bisa merasakanmu, melihatmu dan meyakinimu dengan cara yang sama, seperti dulu lagi. Aku selalu percaya bahwa luka dan duka akan membentuk pribadi seseorang, menguatkannya, mendewasakannya (masih tetap percaya kok). Namun sekuat apapun kutekan dan (coba) kuabaikan, tetap ada bagian dari diriku yang takut, tak aman, tak tenang dan tak henti-hentinya bertanya-tanya. Bukan, bukan berarti aku mencoba mendramatisasi masalah atau mengungkit-ungkit yang telah berlalu, hanya saja…
Setelah bertahun-tahun, sadar juga kalo aku punya blog yang ga pernah diurus :p dulu sih karena gaptek (jarang OL dan ga mudeng juga cara mendesain blog), terus karena alasan praktis bikin blog di sini
Belakangan kok kepengen lagi bikin blog yang mandiri (plus ceritanya mencoba menyemangati diri untuk menulis lagi). Waktu dalam proses belajar ngeblog dengan baik dan benar trus membuat link dengan blog teman-teman, eh kok nemu nama yang familiar, nama yang kupilih untuk blogku ini. Dengan alasan sentimentil, coba kubuka (pake acara lupa nama user pula he3), dipikir-pikir, sayang juga ya kalo ga diterusin. Ya udah, untuk pembukaan, nulis ini aja. Sekaligus ngutak-atik layout dan segala macam (kayaknya tetep butuh tutorial deh, dah bawaan lahir gaptek kali, pusing ngeliatnya).
malam tak ingin datang
agar kau tak bisa datang
dan aku tak bisa pergi...
tapi kau akan datang
dengan lidah terbakar hujan garam
siang tak ingin menjelang
agar kau tak bisa datang
dan aku tak bisa pergi...
tapi kau akan datang
lewat lorong-lorong kumuh penuh kegelapan
baik siang maupun malam ingin datang
agar aku bisa mati untukmu dan untukku
federico garcia lorca
untukmu, semburat dalam hatiku
Yogyakarta, 5 Mei 2006
apa sih cantik itu?
serupawan krisdayanti, bokong seksi ala j-lo, bibir seksi angelina jolie, atau tubuh semolek eva longoria?
keharusankah?
jika upaya menjadi cantik atau tampak cantik dilandasi kesadaran diri sebagai representasi perayaan atas apa yang Tuhan beri untukmu, that's fine
tapi jika itu memperbudakmu, hentikan!
wanita, cintailah dirimu
karena kamu cantik, in every single way :)
Yogyakarta, 5 Mei 2006
Sun is up should be feeling great,
your feeling rough got too much on your plate,
a busy day got a lot to do,
a heavy head you think you've caught the flu.
Something deep inside begins to stir,
spirit, conscience your not really sure.
It's gonna be okay...
It's gonna be okay...
Another day your late for work,
the shower's cold you ain't got no clean shirt.
A cup of tea just might do the trick,
the milk's gone off by now feeling sick.
Something deep inside begins to stir,
spirit, conscience your not really sure.
It's gonna be okay...
It's gonna be okay...
We laughed, we cried, we shared along the way,
we did some things we knew we shouldn't do.
So after all what's this life living for,
work it out or head straight for the door
It's gonna be okay...either way
It's gonna be okay...
You close your eyes, try to sleep.
Scold yourself for hours that you keep.
Drifting off will I dream tonight?
In my dreams perhaps I'll get it right.
Something deep inside begins to purrr,
spirit, conscience your not really sure.
It's gonna be okay...
It's gonna be okay...either way
It's gonna be okay...
tidak masalah seberapa buruk atau kacaunya hidupku detik ini.
it's gonna be okay, either way.
tapi jgn cuma mlongo aja, meratapi nasib, berjuang dong.
jatuh?
bangun lagi.
ayo semangat!
Yogyakarta, 5 Mei 2006
When I'm lost in the rain,
In your eyes I know I'll find the light to light my way.
And when I'm scared and losing ground;
When my world is going crazy, you can turn it all around.
And when I'm down you're there; pushing me to the top.
You're always there; giving me all you've got.
For a shield from the storm;
For a friend; for a love
To keep me safe and warm,
I turn to you.
For the strength to be strong;
For the will to carry on;
For everything you do;
For everything that's true,
I turn to you.
When I lose my will to win,
I just reach for you and I can reach the sky again.
I can do anything,
'Cause your love is so amazing; 'cause your love inspires me.
And when I need a friend, you're always on my side;
Giving me faith that gets me through the night.
For a shield from the storm;
For a friend; for a love
To keep me safe and warm,
I turn to you.
For the strength to be strong;
For the will to carry on;
For everything you do;
For everything that's true,
I turn to you.
For the arms to be my shelter through all the rain;
For truth that will never change;
For someone to lean on;
for a heart I can rely on through anything;
For that one who I can run to....
I turn to you.
For a shield from the storm;
For a friend; for a love
To keep me safe and warm,
I turn to you.
For the strength to be strong;
For the will to carry on;
For everything you do;
For everything that's true,
I turn to you.
For a shield from the storm;
For a friend; for a love
To keep me safe and warm,
I turn to you.
For the strength to be strong;
For the will to carry on;
For everything you do;
For everything that's true...
For everything you do;
For everything that's true,
I turn to you...
lagu soundtrack kalo inget emak or my beloved one(s)
punya blog, kok masih belum menunjukkan indikasi peningkatan aktivitas menulis yang signifikan, dalam 1 bulan cuma up-date 1 tulisan?! masa aku harus meninjau ulang obsesiku jadi seorang editor? dulu sih alasannya karena lo-tech, sekarang? masih banget sih tapi lebih menjurus pada ke-jarang-an masuk warnet :p komplikasi anatara males dan kebijaksanaan uang ketat. faktor lo-tech ini ga bisa terus-terusan dijadikan alasan, soalnya ada seorang sahabat karib yang lebih lo-tech dariku tapi bisa rutin memasukkan tulisan (kau-tahu-siapa lah he3)
karena dalam hidup yang seringkali lebih dipentingkan adalah alasan, lebih dari tindakan itu sendiri, maka aku juga punya alasan, mau dibilang justifikasi juga boleh, yang jelas ini bisa dikategorikan alasan sejuta umat, aku sakit, selama 3 minggu berturut-turut (ini cuma hitungan kasar)
fase pertama : batuk, pilek atau radang tenggorokan, ga tau lah, yang jelas 2 hari ga bisa ngomong, bagusnya aku emang ga gitu gemar ngomong tapi tetep sengsara juga, cuma bisa pakai bahasa tubuh atau desahan ga jelas dan tanpa konsep, sumber virus? aa sang sumber penyakit! tunggu pembalasanku!
fase dua : belum tamat penyakit sebelumnya, aku kena cacar air, di usiaku yang se-uzur ini, sumpah, buat yang belum pernah kena, jangan iri deh, sengsaranya minta ampun, serasa bisul-bisul mini mengepung seluruh tubuh+efek sampingan lainnya yang menyiksa, ga lagi-lagi deh, ditambah lagi resiko 'efek bulan' di kulit yang mungkin ditanggung jika punya tangan super kreatif seperti punyaku (untung udah ada yang mau jadi ga khawatir-khawatir banget harga jual jatuh :p), kalau yang ini sang penular adalah keponakan tersayang (ga sanggup marah, salahku juga yang ga bisa menahan diriku untuk menjamahnya), ga nyangka, jarak umur 2 dekade ga menghalangi kebersamaan+rasa senasib sepenanggungan tante feat. keponakan
di atas segalanya, di kala sakitku (dan susahku), di tengah rasa pusing kepala, badan panas dingin menggigil, gerombolan cacar yang nyakitin badan+tenggorokan sakit a la panas dalam, I miss my mom, really do, kebayang-bayang nyamannya tidur dikelonin, dielus-elus kepalaku atau dahiku biar cepat tidur, diomelin ampe bego karena ngeyel ga mau minum obat, dipaksa-paksa makan atau kalau kepepet disuap, norak banget ya? biar aja dibilang kolokan, udah uzur masih terlekat pada ibu, surga hatiku, emang bener-bener ledakan sentimentil sang pesakitan :p
dan malam itu, aku kembali menangis mengingatmu
buat abang, walaupun kamu lah sumber penyakitku, makasih banget ya a sudah tabah mengurus dan menemani pasien yang cerewet ini. love u hunny!
Yogyakarta, 5 Mei 2006
tulisan2 selanjutnya adalah beberapa tulisan yang pernah ku-posting ke blogku yang lama. yang namanya pindahan ya harus total dong. semua tulisan yang ada di blog lama ku-posting ulang di blog ini (tenang, ga banyak kok. cuma sekitar belasan aja). ini adalah tulisan pertama, intro.
"Apalah artinya nama ?", bila merujuk pada ujaran Shakespeare, mawar tetaplah mawar, harum dan cantik, apapun nama yang disandangnya. Secara esensi, pernyataan ini bisa diterima. Hal yang paling penting dan mendasar kan muatannya? Bukan semata-mata pelabelan saja. Tapi . . . kalau dipikir-pikir, katakanlah orang tuaku penganut pemikiran seperti itu, yang penting kualitas bukan label, aku ga berharap juga untuk diberi nama 'moron' atau sejenisnya (eh, tapi ada pesohor Indonesia yang punya nama tenar 'moron', wonder why ? he3).
Untukku nama itu penanda, representasi harapan maupun ringkasan tentang obyek yang dilabelinya. Apabila ada yang diberi nama Wati, sewajarnya (menurut standar khasanah kultur dan bahasa Indonesia) nama tersebut menjadi penanda kalau si orang yang bersangkutan berjenis kelamin perempuan. Apabila ada toko yang diberi nama 'Slamet', ini menjadi representasi harapan pemberi nama agar si empunya nama 'selamat' dalam menjalani karirnya sebagai sebuah toko. Atau apabila sebuah buku itu diberi nama 'Harry Potter', ini mewakili garis besar cerita yang termuat dalam buku itu, yaitu kisah tentang Harry Potter (tapi sekarang ini tidak menjadi hal yang mutlak, soalnya ada fenomena banyak orang yang lebih pintar membuat nama / judul tapi kurang pintar mengkonstruksi isinya, jadinya keberatan nama atau ga nyambung antara nama dan yang dinamai, meminjam jargon bang napi, waspadalah!)
Lalu, kenapa 'incipit' ?
Sudah lama pengen punya blog sendiri (dulu dah pernah bikin tapi entah kemana, namanya aja dah lupa, apalagi passwordnya, trus akhir2 ini iseng bikin blog di prenster tapi kata temen namanya njijik'i, lha wong cuma iseng plus sengaja norak kok), bukan karena trend atau untuk keren-kerenan, asyik aja lagi punya media ekspresi, komunikasi plus promosi diri :p gratis pula. Ya gitu deh, tapi bingung juga nentuin nama.
Ada banyak ide sih, misalnya 'gadis mesum mendamba jejaka' ? (ini sih ide mega super norak dan destruktif dari temen-temenku, plis deh, apa aku terlihat segitu mesumnya ?), kok kayak iklan biro jodoh atau iklan XXX banget ? ; 'je suis comme je suis' (petikan puisi jacques prevert favoritku), tapi kepanjangan dan lagian emang situ ngerti ? (fakta..fakta..he3 jgn nyangkal) ; sempet kepikiran 'ad infinitum' (gara-gara baca buku tan malaka nih), bagus sih tapi sadar diri lah, aku kan ga gitu ngerti maksudnya, ntar kasusnya jadi keberatan nama pula ; kalau misalnya pakai nama asli, hmmm..i just don't like 2 live under the spotlight, bukan maksud hati GR kalau blog-ku bakal terkenal dan dibaca banyak orang, masalahnya, aku bikin blog cuma karena pengen menyampaikan pikiranku, (sedikit) perasaanku (mungkin), bukan untuk diketahui atau dikenal secara pribadi dalam tataran sosial. Anti sosial ? yes, i am, a socially awkward loner. Aku memang bukan orang yang terbuka atau luwes dalam menghadapi interaksi pribadi yang ke-sosial-an jadi daripada situ sakit hati menghadapi ke-dingin-an dan ke-tembok-anku, mending hati-hati deh kalau emang mau terjalin apalagi terikat secara personal denganku. Lagipula, aku senang dan menikmati 'solitude ambiance', berpikir (meski bukan pemikir hebat atau jenius abad ini, logika, rasio, nalar dan perangkat otak lainnya menjadi hal yang mungkin paling bisa kubanggakan, my selling point he3), merenung, kontemplasi atau apalah. Jadi, bergumullah dengan pikiranku !
Balik ke masalah nama, pengennya sih nama yang sederhana, mudah dibaca, ditulis, dilafalkan dan diingat tanpa terhambat faktor SARAF (kalau yang terakhir, maksudnya fisik) tapi tetap bermakna dan tidak mengabaikan unsur estetika. Jadilah INCIPIT, berasal dari bahasa latin (bukan sok cerdas atau keren tapi kalau emang tahu dan bisa, kenapa harus ditutup-tutupi, rendah hati boleh tapi jangan menghambat potensi kan ?) yang bermakna 'bermula di sini', dapatnya dari sebuah artikel di 'Ruang Baca Koran Tempo' yang dipinjamkan Ika, sahabat, brain-storming-mate plus bibliografi berjalan-ku. Istilah praktisnya sih sebenarnya digunakan untuk menamai kata-kata pertama dalam suatu karya teks, yang bias merujuk pada novel, puisi, lagu (tau ga sih, zaman dulu, manuskrip, dokumen atau karya dikenal dan dikatalogkan berdasar si incipit ini, bukan dengan judul lho).
Incipit, bermula di sini, inilah aku, dalam representasi pikiran (dan mungkin bonus afeksiku juga), hanya hendak menjadi 'statement of my mind and affection', tidak untuk menjadi sebuah kebenaran karena kebenaran yang dipaksakan hanya sekedar menjadi justifikasi belaka.
Dan, bermula di sini, apa yang sudah atau akan kuceritakan bukanlah sesuatu yang final dan definit karena aku manusia dengan segala keterbatasannya, jelas penuh cela, akan terus menjadi awal dari tulisan, opini, gagasan, pemikiran dan perdebatan lainnya, tesis. . . antitesis. . . dan sintesis. . . tanpa akhir.
Buka hati & pikiran, selamat datang dan selamat berpetualang ! ;)
Yogya, 28 Februari 2006
22:47